MENGHARAP WAJAH ALLAH DAN PERTEMUAN (2)

MENGHARAP WAJAH ALLAH DAN PERTEMUAN (2)

Nabi Muhammad saw dan sahabat2nya sangat cinta kpd Allah swt , dan mereka sangat suka dan rindu kpd wajahNya . Wajah Allah tidak sama dengan wajah makhluk kerana Dia itu tidak sama dengan sesuatupun . Percaya bhwa Allah ada wajah tidaklah berarti kita anggap Dia itu berjisim seperti makhluk2Nya . Agama adalah dari Allah swt dan begitulah juga i'tiqad kita . I'tiqad kita dan makrifat kita kpd Allah tidak boleh kita reka2 sendiri kerana minda kita ini ada banyak kelemahannya dan mudah terkeliru . Kita tidak akan mampu memikirkan tentang wajah Allah atau tentang alam kebesaran dan keagunganNya . Apa yg dapat kita fikirkan hanyalah perkara2 yg panca indera kita pernah terdedah kpdnya . Yg kita tidak pernah terjumpa dan sistem alamnya berbeza , kita tak mungkin dapat memikirkannya .

1 )  Diriwayatkan dari shahabat Jabir bin Abdullah رضي الله عنه:كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ نَظَرَ إِلَى الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ فَقَالَ أَمَا إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذَا الْقَمَرَ لاَ تُضَامُّونَ فِي رُؤْيَتِهِ فَإِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ لاَ تُغْلَبُوا عَلَى صَلاَةٍ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا يَعْنِي الْعَصْرَ وَالْفَجْرَ ثُمَّ قَرَأَ جَرِيرٌ (وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا). (متفق عليه)   
Ketika kami sedang duduk di samping Rasulullah صلى الله عليه وسلم, tiba-tiba beliau memandang bulan purnama, seraya bersabda: “Sesungguhnya kalian akan dapat melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan purnama ini, dan kalian tidak berdesak-desakkan ketika melihat-Nya. Maka jika kalian mampu, janganlah kalian lalai untuk melakukan shalat sebelum terbit Matahari dan sebelum terbenam Matahari, yaitu shalat Asar dan Subuh”. Kemudian Jarir membaca firman Allah ( وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوْبِهَا ) “Dan bertasbihlah dengan memuji Rabb-mu sebelum terbit dan terbenam matahari”. (HR. Bukhari Muslim)

2  )  Inilah do’a yang sangat indah yang diajarkan oleh Amirul Mukminin ‘Umar bin Khaththab ra ,اللّهُمَّ اجْعَلْ عَمَلِ كُلَّهُ صَالِحًا، وَاجْعَلْهُ لِوَجْهِكَ خَالِصًا، وَلَا تَجْعَلْ لِأَحَدٍ فِيْهِ شَيْئا
Ya Allāh, jadikanlah amalku seluruhnya adalah amal yang shalih, dan jadikanlah amalku tersebut ikhlash karena wajah-Mu, dan janganlah Engkau berikan sedikitpun bagian untuk orang lain dalam amalku tersebut”

3 )  Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam meminta kepada Allah nikmat memandang wajahNya ,  sebagaimana dalam doanya     :وَأَسْأَلَُك لَذَّةَ النَّظْرِ إِلَى وَجْهِكَ وَالشَّوْقَ إِلَى لِقَائِك ِ"
Dan aku memohon keledzatan memandang wajahMu, dan kerinduan untuk bertemu denganMu"
( HR An-Nasaai no 1305 dan dishahihkan oleh Al-Albani )

4 )  Shuhaib radhialllahu ‘anhu meriwatkan bahwasanya Rasulullah  صلى الله عليه وسلم  bersabda:إذا دخل أهل الجنة الجنة يقول الله تبارك وتعالى: تريدون شيئا أزيدكم؟ فيقولون: ألم تبيض وجوهنا، ألم تدخلنا الجنة وتنجنا من النار؟ قال: فيكشف الحجاب، فما أعطوا شيئا أحب إليهم من النظر إلى ربهم عز وجل
“Apabila penghuni surga telah dimasukkan ke dalam surga, Allah tabaraka wa ta’ala berfirmanl: “Apakah kalian menginginkan Aku menambahkan sesuatu untuk kalian?” Mereka menjawab: “Bukankah Engkau telah memutihkan wajah kami? Bukankan Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari neraka?” Lalu Allah menyingkapkan hijab/tabir. Tidaklah mereka diberikan sesuatu yang lebih mereka sukai daripada penglihatan kepada Rabb mereka Azza wa Jalla.”
( HR Muslim 181 )

5)  Adapun firman Allah ta'ala:لَا تُدْرِكُهُ الْأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الْأَبْصَارَ
Dia (Allah) tidak dapat diliputi oleh penglihatan mata, sedangkan Dia dapat melihat segala penglihatan." [QS Al An'am: 103]
Ayat ini tidaklah menafikan ru`yatullah (melihat Allah) pada hari kiamat, karena ayat ini menerangkan bahwa Allah itu tidak bisa diliputi oleh penglihatan makhluk-Nya karena Allah ta'ala itu Maha Besar .

6 )  Allah berfirman dalam hadits qudsiﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻗَﺎﻝَ: ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ: ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻗَﺎﻝَ ﻣَﻦْ ﻋَﺎﺩَﻯ ﻟِﻲ ﻭَﻟِﻴًّﺎﻓَﻘَﺪْ ﺁﺫَﻧْﺘُﻪُ ﺑِﺎﻟْﺤَﺮْﺏِ ﻭَﻣَﺎ ﺗَﻘَﺮَّﺏَ ﺇِﻟَﻲَّ ﻋَﺒْﺪِﻱ ﺑِﺸَﻲْﺀٍ ﺃَﺣَﺐَّﺇِﻟَﻲَّ ﻣِﻤَّﺎ ﺍﻓْﺘَﺮَﺿْﺖُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﻣَﺎ ﻳَﺰَﺍﻝُ ﻋَﺒْﺪِﻱ ﻳَﺘَﻘَﺮَّﺏُ ﺇِﻟَﻲَّﺑِﺎﻟﻨَّﻮَﺍﻓِﻞِ ﺣَﺘَّﻰ ﺃُﺣِﺒَّﻪُ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﺃَﺣْﺒَﺒْﺘُﻪُ ﻛُﻨْﺖُ ﺳَﻤْﻌَﻪُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻳَﺴْﻤَﻊُﺑِﻪِ ﻭَﺑَﺼَﺮَﻩُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻳُﺒْﺼِﺮُ ﺑِﻪِ ﻭَﻳَﺪَﻩُ ﺍﻟَّﺘِﻲ ﻳَﺒْﻄِﺶُ ﺑِﻬَﺎ ﻭَﺭِﺟْﻠَﻪُﺍﻟَّﺘِﻲ ﻳَﻤْﺸِﻲ ﺑِﻬَﺎ ﻭَﺇِﻥْ ﺳَﺄَﻟَﻨِﻲ ﻻَﻋْﻄِﻴَﻨَّﻪُ ﻭَﻟَﺌِﻦْ ﺍﺳْﺘَﻌَﺎﺫَﻧِﻲﻻَﻋِﻴﺬَﻧَّﻪُ ]ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ
Dari Abi Hurairah radhiallahu anh Rasulullah Salallahualaihiwasallam bersabda sesungguhnya Allah Berfirman, “Barang siapa yang memusuhi waliKu maka Aku menyatakan perang padanya, Tiada yang paling Aku sukai  dari hambaKu selain mendekatkan  diri kepadaKu dengan melakukan apa  yang Aku wajibkan padanya.   Apabila hambaKu mendekat padaKu  dengan senantiasa melakukan hal2  yang sunnah maka Aku mencintainya.  Apabila Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, Aku menjadi matanya yang ia gunakan untuk melihat, Aku menjadi tangannya  yang ia gunakan untuk mengambil  (bertindak) dan Aku menjadi kakinya   yang ia gunakan untuk berjalan. Dan, jika ia meminta pada-Ku, pastilah Aku  beri, dan jika ia memohon  perlindungan, pastilah Aku  melindunginya.”   (HR. Bukhari).

7 )  Aqidah ahli sunnah wal-jama’ah mewajibkan kita mengimani dan meyakini bahawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah disra’kan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dari Makkah ke Baitul Maqdis lalu dimi’rajkan (naik) ke langit dengan ruh dan jasadnya dalam keadaan sedar sehingga ke langit yang ketujuh, ke Sidratul Muntaha, dan ke Baitul Ma’mur. Kemudian (beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam) memasuki Syurga, melihat neraka, melihat para malaikat, bertemu Allah, mendengar perkataan Allah, bertemu dengan para Nabi, dan beliau mendapat perintah solat lima waktu sehari semalam. Dan beliau kembali ke Makkah pada malam itu juga (malam yang sama). (Rujuk: Syarhus Sunnah lil Imam al-Barbahari, Syarah ath-Thawiyah, dan Zaadul Ma’ad)

8 )  Dari Ubadah bin Shamit dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasalam, baginda bersabda :"Barangsiapa yang mencintai pertemuan dengan Allah, Allah pun mencintai pertemuan dengannya, dan barangsiapa yang membenci pertemuan dengan Allah, Allah pun membenci pertemuan dengannya." Maka berkatalah Aisyah atau salah seorang istrinya: "Kita semua membenci kematian." Baginda menjawab: "Bukan begitu, akan tetapi seorang mukmin apabila akan didatangi oleh kematian, dia akan digembirakan dengan keridhaan Allah dan kemulian-Nya, maka tidak ada sesuatupun yang lebih dia cintai daripada masa depannya, lalu dia pun mencintai pertemuan dengan Allah dan Allah pun mencintai pertemuan dengannya. Adapun orang kafir apabila dia akan didatangi kematian, dia diberi kabar tentang adzab Allah dan siksanya, maka tidak ada yang lebih dia benci dibandingkan masa depannya, maka dia pun membenci pertemuan dengan Allah dan Allah pun membenci pertemuan dengannya." (HR. Bukhari 6026)
Berkata Imam Abu Ubaid Al-Qasim bin Salam, "Maksud hadits ini bukanlah membenci kematian dengan kedahsyatannya, karena hal tersebut hampir-hampir dirasakan oleh semua orang, akan tetapi yang tercela dari hal itu adalah mengutamakan dunia dan cenderung kepadanya serta membenci berpindah menuju Allah dan negeri akhirat."Beliau berkata lagi: "Di antara hal yang menjelaskan tersebut adalah bahwa Allah Ta'ala mencela satu kaum yang mencintai dunia .

9 )  Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah saw bersabda : "Barang siapa yang suka bertemu dengan Allah, maka Allah suka bertemu dengannya, dan barang siapa yang benci bertemu dengan Allah, maka Allah benci bertemu dengannya".   Syuraih berkata : Saya datang kepada Aisyah ra. saya berkata : "Wahai Ummul Mu'minin, saya mendengar Abu Hurairah menyebutkan sebuah hadits dari Rasulullah saw., jika demikian, kami telah binasa". Aisyah berkata : "Sesungguhnya orang yang binasa adalah orang yang binasa dengan sabda Rasulullah saw Apakah itu ?". Ia berkata : Rasulullah saw bersabda : "Barang siapa yang senang bertemu dengan Allah maka Allah senang bertemu dengannya. Dan barang siapa yang benci bertemu dengan Allah, maka Allah benci bertemu dengannya. Tidak seorang pun diantara kami melainkan ia benci kematian". Aisyah bekata : Rasulullah saw telah menyabadakannya ; Bukan seperti pendapatmu tetapi apabila penglihatan telah membalik, dada telah kembang kempis, kulit telah menggigil, dan jari-jari telah menggenggam, ketika itulah .... "Barang siapa yang senang bertemu dengan Allah maka Allah senang bertemu dengannya. Dan barang siapa benci bertemu dengan Allah maka Allah benci bertemu dengannya". (Hadits diriwayatkan oleh Muslim).

10 )  Dari Abu Hurairah ra. bahawasanya Rasulullah saw. bersabda : "Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi berfirman : "Apabila hamba-Ku senang bertemu dengan Ku, maka Aku senang bertemu dengan-Nya, dan jika ia benci bertemu dengan-Ku, maka Aku benci bertemu dengannya". (Hadits diriwayatkan oleh Malik).

11 )  Diriwayatkan dari Abu Yazid Al Bustami, ia berkata, “Aku ‘melihat’ Tuhanku di dalam mimpi, maka aku berkata, ‘Bagaimana jalan menuju-Mu?’ Allah berfirman, Tinggalkan dirimu dan kemarilah!’”

12 ) Muaz bin Jabal ra berkata : Kelak di hari qiamat maknusia dikumpulkan di suatu dataran , lalu ada seruan / pemakluman : Di mana orang2 yg bertaqwa ?  Maka bangunlah segerombolan manusia di bawah naungan Allah . Allah tidak terhijab dari mereka .
Ketika aku bertanya : Siapakah orang2 yg taqwa itu ?  Dijawab : Mereka itu yg menjaga diri dari syirik dan menyembah berhala , dan tulus ikhlas dalam ibadatnya kpd Allah , lalu menyeberang untuk masuk ke syurga .
Tafsir ibnu Katsir jilid 3 , ms 73 .

Comments

Popular Posts